Israel-Hamas Saling Tuduh
Israel dan Hamas saling menuduh gagal menepati perjanjian gencatan senjata
yang dimulai pada Minggu (19/1/2025).
Diberitakan dari BBC, perselisihan itu terjadi pada Sabtu (25/1/2025),
ketika ribuan warga Palestina dicegah di Koridor Netzarim saat hendak
kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara.
Pemerintah Israel memblokir jalan utama dan menuduh Hamas melanggar
ketentuan kesepakatan gencatan senjata.
Sebelumnya, Hamas telah membebaskan empat tentara perempuan Israel,
sedangkan Israel membebaskan 200 tahanan Palestina. Namun, Pemerintah Israel
melarang warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka sampai Hamas
membebaskan warga sipil Israel, Arbel Yehud.
Arbel Yehud adalah warga sipil Israel yang berusia 29 tahun. Dia seharusnya
dibebaskan pada Sabtu (25/1/2025). Namun, namanya tidak termasuk di antara
empat tentara perempuan yang dibebaskan Hamas.
Menurut catatan CNN, Yehud tidak ditahan oleh Hamas. Seorang sumber senior
dalam gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), kelompok lain di Jalur Gaza
mengatakan, mereka telah menahan Yehud hingga Israel menyepakati ketentuan
pertukaran sandera-tahanan.
Selain itu, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan,
Hamas belum memberikan daftar rincian semua status sandera.
“Selama pelaksanaan pertukaran tahap kedua kemarin, Hamas melakukan dua pelanggaran. Arbel Yehud, seorang sandera sipil yang dijadwalkan untuk dibebaskan pada hari Sabtu, belum dibebaskan, dan daftar terperinci dari semua status sandera belum diberikan,” bunyi pernyataan Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dikutip dari AFP.
Situasi saat Israel larang warga Palestina pulang, ada tembakan
Malam hari saat warga Palestina dilarang melewati Koridor Netzarim oleh
tentara Israel, terdengar suara tembakan keras.
Saat itu, massa sedang berkumpul di sepanjang jalan al-Rashid di Gaza
tengah untuk pulang ke rumah mereka. Namun, gelegar tembakan tiba-tiba
terdengar.
Menurut kantor berita Reuters, mengutip Kementerian Kesehatan yang dikelola
Hamas dan media Palestina, melaporkan tembakan itu menyebabkan satu orang
tewas dan beberapa lainnya terluka
Empat tembakan juga terdengar seperti dalam sebuah video yang beredar di
internet. BBC Verify telah mengonfirmasi lokasi rekaman tersebut, tetapi
belum memverifikasi laporan korban secara independen.
Salah satu sandera yang batal pulang adalah Muhammad Emad Al-Din. Dia
bersama dengan ribuan tahanan lain tengah menunggu untuk pulang ke Gaza
utara.
"Saya tahu rumah saya mungkin hancur, tetapi saya akan mendirikan tenda di
atas reruntuhannya. Saya hanya ingin kembali," kata dia.
Al-Din berkata, dirinya ingin kembali bekerja sebagai seorang tukang cukur
di Gaza.
"Saya telah berusaha mencari cara untuk memperbaiki kerusakan di salon saya
dan memulai kembali usaha saya. Saya telah berutang kepada begitu banyak
orang, dan saya tidak mampu membeli barang-barang sederhana untuk anak-anak
saya," tambahnya.
Oleh karena itu, Al-Din sangat berharap perselisihan antara Israel dan
Hamas lekas berakhir agar dirinya dapat segera pulang ke rumahnya.
Al-Din mengaku sangat rindu dengan keluarganya setelah lebih dari 15 bulan
tak kembali.
Sementara itu, keluarga sandera Sultan rela tinggal di dekat pos
pemeriksaan Israel untuk menunggu suami itu pulang.
Isterinya, Lubna Nassar bersama dengan kedua putri dan seorang putranya
mengaku sudah berbulan-bulan menunggu ayahnya pulang.
Mereka datang ke kawasan pos pemeriksaan Israel menggunakan kereta keledai
dan berharap segera bertemu setelah 11 bulan terpisah.
"Saya akan tinggal di sini, sedekat mungkin dengan pos pemeriksaan Israel.
Selama berbulan-bulan, putri-putri saya telah menunggu saat untuk bertemu
ayah mereka. Saya ingin menjadi salah satu orang pertama yang kembali ke
Gaza," kata Nassar.
IDF sebut tembakan untuk menjaga jarak
Masih dari sumber yang sama, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan,
pihaknya melepas peluru setelah beberapa pertemuan puluhan tersangka
teridentifikasi mengancam pasukannya.
IDF juga membantah laporan yang beredar. Tentara Israel itu menegaskan,
semua penembakan di area tersebut dilakukan dengan tujuan menjaga jarak dan
tidak bertujuan untuk melukai.
"Kami tegaskan bahwa hingga saat ini, tidak ada korban luka yang diketahui
terjadi akibat penembakan tersebut," ucap IDF.
Sementara itu, mantan negosiator sandera Israel yang biasa berbicara dengan
Hamas, Gershon Baskin mengatakan, saling tuduh antara kedua pihak yang
berkonflik itu berpotensi menjadi masalah yang sensitif.
Baskin menjelaskan, Hamas tidak akan memberikan apa pun secara cuma-cuma
mengacu penahanan Yehud.
Dia menambahkan, ancaman Israel untuk tidak mengizinkan para sandera pulang
ke Gaza utara tidak cukup meyakinkan Hamas agar membebaskan sandera.
Mantan negosiator itu memperingatkan Israel dan mengatakan bahwa dengan
tidak mengizinkan warga Palestina kembali ke Gaza utara justru dapat
menyebabkan terhentinya pembebasan para sandera.
Oleh karena itu, dia menyarankan Israel untuk mencoba menjaga kesepakatan
agar tetap berjalan.
copas dari https://www.kompas.com/tren/read/2025/01/26/163000565/israel-hamas-saling-tuduh-langgar-gencatan-senjata-para-sandera-dan-tahanan?page=all#page2
No comments:
Post a Comment